VakansiInfo – Wisma Group, perusahaan jasa kontraktor elektrikal dan mekanikal serta jasa pemeliharaan dan perbaikan trafo, menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi PLN (IT-PLN) untuk melakukan riset di bidang ketenagalistrikan. Nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) ini ditandatangani oleh CEO Wisma Group Tjahjadi Aquasa, Direktur PT Wisma Sarana Teknik Doni Tjahjadi, dan Wakil Rektor IT-PLN Ishvandono Yunaini di Hotel Ritz Carlton, Jakarta pada Rabu (5/11/2025).
Wisma Group membawahi PT Wisma Sarana Teknik yang bergerak di bidang jasa kontraktor ketenagalistrikan dan PT Wismatata Eltrajaya yang bergerak di bidang jasa pemeliharaan dan perbaikan trafo. Tjahjadi Aquasa telah menjalankan bisnis di bidang teknologi ketenagalistrikan (elektrikal dan mekanikal) sejak 1974. Dia juga masih menjadi Ketua Umum Himpunan Kontraktor Ketenagalistrikan dan Mekanikal Indonesia (HIKKMI).
Penandatanganan MoU ini dilakukan dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tjahjadi Aquasa. Pria kelahiran November 1945 ini merupakan jebolan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1971. Kemudian pada Juni 1974, dia mendirikan perusahaan sendiri yang bergerak di bidang jasa kontraktor ketenagalistrikan dan mekanikal hingga saat ini.
“Saya menyampaikan rasa syukur dianugerahi kesehatan hingga memasuki usia 80 tahun. Hingga saat ini saya masih terus bergerak menjalankan perusahaan bersama kedua anak saya. Bahkan, saya ingin terus menjalin kerja sama dengan kampus-kampus untuk melakukan riset dan penelitian yang dimulai pada hari ini melalui MoU dengan IT-PLN,” ujarnya dalam acara bertajuk Perayaan Syukur HUT Ke-80 Ir. Tjahjadi Aquasa sebagai salah satu The Legend of Technopreneur, Rabu (5/11/2025).
Acara ini dihadiri oleh keluarga, teman-teman sekolah dari SD-perguruan tinggi, para kolega dan mitra bisnisnya serta karyawan Wisma Group. Dalam sambutannya, Tjahjadi kembali menyampaikan rasa syukur masih diberikan kesehatan untuk terus berkarya dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Dia juga menyampaikan sekilas pengalaman perjalanannya selama lebih dari 50 tahun (1974-2025) sebagai pebisnis di bidang teknologi (technopreneur) serta memberikan pesan-pesan kepada peserta. Beberapa koleganya juga memberikan testimoni tentang sosok Tjahjadi Aquasa. Kemudian acara dilanjutkan dengan mini talkshow dan kuis.
Momentum HUT Ke-80, Tjahjadi menuangkan pemikirannya dalam buku kecil berjudul “Bagaimana Menjadi Technopreneur: Pengalaman 50 Tahun Ir. Tjahjadi Aquasa Menjadi Pebisnis”. Buku ini merangkum pemikiran dan pengalamannya ke dalam 10 poin penting dalam menjalankan bisnis. Dimulai dari perjalanannya mendirikan usaha hanya bermodalkan semangat, kompetensi, dan menyukai tantangan, kemudian fase pengembangan usaha, badai krisis, menjadi pioneer, fase regenerasi hingga poin terakhir yang merekatkan semuanya, yaitu growth mindset dan emotional intelligence.
Tjahjadi berharap agar buku kecil ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi siapapun, terutama bagi para pebisnis dan orang yang baru merintis usahanya. “Buku ini saya dedikasikan kepada istri saya, sosok yang bijak dan pandai menjaga keutuhan keluarga dan rumah tangga. Dia selalu mendampingi dan terkadang menjadi ‘rem’ bagi saya yang memiliki semangat dalam menjalankan bisnis. Bertepatan dengan ulang tahun ke-80 tahun, saya masih produktif sehingga ingin berkontribusi bagi para entrepreneur, terutama para technopreneur di Indonesia,” tegasnya.
Dia mencontohkan tentang upaya peningkatan komponen dalam negeri. Akan tetapi, terkadang ketentuan dan persyaratan komponen lokal atau TKDN membuat harga produk menjadi lebih mahal karena cenderung sekadar assembling daripada manufacturing. Di sisi lain, ketentuan konten lokal memiliki tujuan baik untuk mendorong industrialisasi sehingga menghasilkan produk dalam negeri yang kompetitif dan berkualitas. Untuk itu, kata dia, dirinya terus mendorong dan memulai riset bekerja sama dengan dunia pendidikan atau kampus untuk dapat menghasilkan produk dalam negeri yang berkualitas dan kompetitif sehingga tidak kalah dengan produk impor. Hasil riset dari kerja sama dengan dunia pendidikan atau kampus bisa ditingkatkan ke level pabrikasi atau mass production.
(Eff)



