VakansiInfo – Pada hari Selasa 16 Desember 2025, genap 113 usia Arsitek legendaris Friedrich Silaban. Namun Tuhan Yang Maha Esa telah membatasi usia hingga 72 tahun saja, Sang Arsitek perancang Masjid Istiqlal itu tutup usia pada 14 Mei 1984. Kini ia terbaring dengan tenang di pemakaman yang diteduhi rimbunan pepohonan, menaungi makamnya di Cipaku. Hingga saat ini pemakaman itu senantiasa dirawat dengan sebaik-baiknya. Juga rumput rumput di pusara tampak dipotong dengan rapi.
Kisah hidup, karya dan keluarga Arsitek Friedrich Silaban telah dikupas tuntas oleh Arsitek Setiadi Sopandi pada buku yang ditulis berjudul *FRIEDRICH SILABAN* , tahun 2017. Di dalam buku tersebut, pengarang menulis bahwa ia berupaya untuk menempatkan karier dan karya Friedrich Silaban pada konteksnya, termasuk menempatkannya pada perkembangan wacana arsitektur dan budaya sepanjang abad ke-20. Buku ini juga berupaya nemahami berbagai tantangan kesulitan serta kesempatan yang hadir pada setiap jenjang karier Silaban yang terbentang sejak era kolonial, awal kemerdekaan hingga masa Orde-Baru.
Walau buku karya Setiadi Sopandi itu sangat lengkap, namun tentu saja tak memaparkan catatan yang lebih pribadi dan khas tentang Silaban dalam hidup kesehariannya.
Bagai mana pun Silaban Arsitek yang amat fenomenal itu memiliki kegemaran mendengar musik serius, terutama musik klasik. Dari Johan Sebastian Bach, Johannes Brahms, Wolfgang Amadeus Mozart, sampai yang terfavouritnya komponis Ludwig van Beethoven. Pada setiap pertemuan atau diskusi di rumahnya yang asri di Jalan Gedong Sawah ll no 17, rumah yang bersuasana teduh dengan pepohonan dan halaman depan yang luas serta berpagar amat rendah. Ya itulah salah satu ciri khas arsitektur rumah tinggalnya, dengan penggunaan pagar rendah tersebut terkesan rumah itu menyatu dengan lingkungan sekitar.
Pada setiap kesempatan berdiskusi, biasa kami gunakan di teras ruang tamu. Masih diingat dengan jelas, setiap bincang-bincang selalu dilengkapi dengan pemutaran musik klasik kesayangannya, Simfoni karya Ludwig van Beethoven, komponis asal Jerman yang tanggal dan bulan kelahirannya sama dengan F. Silaban yaitu 16 Desember. Mungkin tak hanya kesamaan hari dan bulan kelahiran antara Sang Maestro Arsitek dari mazhab Modern dengan Sang Maestro Musik Klasik dari Jerman itu yang bisa menyatukannya. Tapi pada beberapa pembicaraan tentang proses kreatif terkait karya arsitekturnya, Pak Sil sering menghadirkan iringan musik saat proses perancangan rekayasa bentuk, struktur dan ruang, di dalamnya terasa ada nuansa- nuansa musik klasik yang memberi inspirasi yang kuat. Tercermin melalui struktur beton dalam ujud kolom kolom utama dan kisi-kisi lempengan beton yang membentuk dinding transparan.
Pak Silaban sendiri pernah mengatakan bahwa musik karya Beethoven memberi pengaruh besar pada desain arsitekturnya. Beliau terinspirasi dari *kemegahan* dan *dinamika* Simfoni Beethoven yang beliau aplikasikan ke bangunan-bangunan karyanya. Sebagai contoh misalnya, Masjid Istiqlal memiliki struktur yang dinamis dan megah, mirip Simfoni nomor tiga karya Beethoven, yang dikenal dengan judul Sinfonia Eroica, Simfoni yang Heroik. Kemegahan sebuah Simponi yang heroik terungkap pada keperkasan kolom-kolom dan irama kisi kisi beton bertulang. Sebuah keabadian estetika dalam bentuk struktur bangunan yang indah.
Aku mulai kenal dengan Arsitek Silaban tahun 1968, saat masih duduk di sekolah menengah atas : SMAN 2. Kebetulan aku juga penggemar musik klasik sejak di SD mula, diawali senang musik- musik instrumentalia dari Mantovani, Paul Mauriat dan Henry Mancini…Ternyata kegemaran musik klasik telah memberi jalan yang panjang dan bisa berbicara banyak tentang Arsitektur dan Kebudayaan dengan Arsitek kesayangan Bung Karno itu.
Karya-karya Arsitek Friedrich Silaban.
- Tahun 1938 : Tugu Khatulistiwa Pontianak
Tugu ini dibangun pertama kali pada tahun 1928 oleh seorang geograf berkebangsaan Belanda. Kemudian pada tahun 1938 dibangun kembali dan disempurnakan oleh Arsitek Friedrich Silaban. Pada tahun 1990 dibangun duplikatnya dengan ukuran lima kali lebih besar untuk melindungi Tugu Khatulistiwa yang asli. Pembangunan terakhir diresmikan pada 21 September 1991.
- Tahun 1951 : Kantor Dinas Perikanan Darat di Sempur.
- Tahun 1953 : Kampus Cibalagung, Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA)-Bogor/ Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. (STPP)
- Gerbang Makam Pahlawan di Jakarta.
- Tahun 1954 : Masjid Istiqlal, Jakarta.
- Gedung Bentol di Cipanas, Cianjur. Gedung ini merupakan bagian dari Kompleks Istana Kepresidenan Cipanas, Cianjur, dirancang bersama Arsitek Ir. Soedarsono.
- Tahun 1958 : Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta
- Rumah Tinggal Pribadi Arsitek Friedrich Silaban
- Tahun 1960 : Menara Bung Karno di Jakarta. Tidak jadi dibangun.
- Monumen Nasional ( MONAS) di Jakarta.
- Gedung BNI 1946 di Jakarta.
- Gedung BLLD Bank Indonesia di Jakarta.
- Tahun 1961: Istana Olah Raga Bung Karno di Jakarta
- Tahun 1962 : Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta.
- Markas Besar TNI Angkatan Udara di Jakarta
- Gedung BNI 1946 di Medan
- Gedung Pola di Jakarta.
- Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta
- Tahun 1963 : Gedung Front Nasional kemudian menjadi Gedung Kesenian di Bogor.
- Tahun 1968 : Rumah tinggal kediaman A Lie Hong di Bogor.
- Tahun 1982 : Gedung Universitas HKBP Nomensen -Medan.

(Red)



