VakansiInfo – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan Gerakan 1.000 Anak Putus Sekolah (APS) SMK Berdaya, sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi pengangguran usia muda dan memperluas akses pendidikan vokasional yang relevan dengan dunia kerja.
Program ini di resmikan langsung oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti dan mengusung dua pendekatan utama, yaitu Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW). Program ini menyasar lulusan SMK yang terhenti pendidikannya karena faktor ekonomi atau sosial, agar bisa kembali berdaya melalui keterampilan praktis.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak, termasuk mereka yang putus sekolah, tetap memiliki masa depan. Lewat PKK dan PKW, mereka di bekali keterampilan nyata dan peluang kerja atau usaha,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti, Selasa (01/07/2025).
Program ini di laksanakan di 33 provinsi, termasuk wilayah tertinggal, dengan melibatkan 245 Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). Lulusan PKK akan mendapatkan sertifikasi kompetensi, sementara peserta PKW akan memperoleh pendampingan usaha, modal awal, serta akses kemitraan dengan UMKM dan dunia industri.
Dirjen Pendidikan Vokasi Tatang Muttaqin menambahkan bahwa pelatihan di lakukan secara intensif selama satu hingga dua bulan, di sesuaikan dengan kebutuhan daerah.
“Lulusan PKK di targetkan terserap maksimal satu tahun setelah pelatihan. Untuk PKW, mereka bisa langsung membuka usaha dengan bantuan modal dan dukungan ekosistem,” jelas Tatang.
Program ini mendapat dukungan dari DPR RI. Wakil Ketua Komisi X, Lalu Hadrian Irfani, menyatakan bahwa langkah ini penting sebagai bagian dari revitalisasi pendidikan vokasi.
“Gerakan ini bukan hanya pendidikan alternatif, tapi motor penggerak ekonomi lokal. Ini harus jadi bagian dari kebijakan jangka panjang,” tegasnya.
Salah satu pelaksana program, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto, menekankan pentingnya pemetaan potensi lokal agar lulusan benar-benar bisa terserap.
“Kalau tidak disesuaikan dengan kebutuhan daerah, lulusan bisa kembali tidak terserap. Maka potensi lokal jadi kunci,” jelas Purwanto.
Cerita peserta pun menunjukkan dampak langsung program ini. Nabila Aditya (19), salah satu peserta dari Subang, Jawa Barat, yang sempat putus sekolah karena harus menghidupi keluarganya, kini kembali mengejar cita-cita di bidang tata busana.
“Dulu saya ingin punya usaha jahit sendiri, tapi terpaksa berhenti sekolah. Sekarang saya diberi kesempatan lagi. Ini seperti menghidupkan kembali mimpi saya,” kata Nabila haru.
Gerakan ini menandai cara baru negara hadir untuk mereka yang pernah terpinggirkan. Lewat pendekatan kolaboratif dan terarah, keterampilan bukan hanya alat bertahan hidup, tapi juga jalan menuju kemandirian ekonomi.
(Mur)