
VakansiInfo – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) Skema Bottom Up Institut Teknologi Bandung (ITB) 2025 memperkenalkan inovasi Rumah Garam (Salt Greenhouse) di Negeri Ulahahan, Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, pada 24–30 Juli 2025. Program ini menjadi langkah nyata pemanfaatan potensi laut untuk mendukung ekonomi berkelanjutan masyarakat pesisir.
Kegiatan ini di pimpin oleh Dr. Susanna Nurdjaman, S.Si., M.T., bersama tim dosen dan mahasiswa Oseanografi ITB: Dr. Andi Egon, S.T., M.Sc., Kamalludin K., S.Pi., M.Pi. (KKP), serta mahasiswa Fauzan Pratama, Feri Saputra, Dimas Rama Dhinata, Hudzaifah, dan Mohamad Bagas Imansyah. Program ini turut melibatkan penyuluh perikanan Kayum Tehuayo dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Inovasi Rumah Garam untuk Pesisir Maluku
Melalui teknologi Rumah Garam, air laut di uapkan di dalam ruang tertutup sehingga proses kristalisasi garam menjadi lebih cepat, higienis, dan tidak tergantung cuaca. Inovasi ini menjadi solusi ramah lingkungan sekaligus peluang usaha baru bagi masyarakat pesisir.
Rumah garam berukuran 8 meter x 3 meter ini di lengkapi dengan empat meja penjemuran dua tingkat di sisi kanan dan kiri. Struktur bangunan menggunakan rangka kayu dengan lapisan seng sebagai dinding yang berfungsi mempercepat proses pemanasan, serta atap fiber transparan untuk memaksimalkan penyerapan panas matahari.
“Inovasi ini mengajarkan masyarakat bahwa laut bukan hanya sumber ikan. Tetapi juga ladang usaha yang berkelanjutan,” ujar Feri Saputra, mahasiswa Oseanografi ITB yang turut dalam kegiatan tersebut.
Selama kegiatan berlangsung, tim ITB bersama warga membangun rumah garam sambil memberikan pelatihan pengoperasian dan perawatan alat. Antusiasme masyarakat terlihat dari keterlibatan aktif mereka sejak tahap perencanaan hingga produksi perdana garam berlangsung sukses.
Kolaborasi dan Dukungan Pemerintah Desa
Kepala Desa Ulahahan, Alfaris E. Lapelela, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif ini. Ia menegaskan bahwa pemerintah desa siap mendukung pengembangan usaha garam rakyat agar menjadi sumber pendapatan baru bagi warganya.
Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini. Pendampingan dari penyuluh KKP memastikan aspek teknis dan keberlanjutan dapat berjalan dengan baik.
Dampak dan Harapan
Sejak di resmikan, Rumah Garam mulai memberikan hasil nyata. Warga kini memiliki keterampilan baru dalam mengelola sumber daya laut. Serta tumbuh kesadaran untuk mengembangkan usaha berbasis potensi lokal secara mandiri dan berkelanjutan.
Program Pengmas ITB ini di harapkan menjadi model pengembangan pesisir berkelanjutan yang dapat direplikasi di daerah pesisir lain di Indonesia. Rumah Garam kini menjadi simbol inovasi, kolaborasi, dan kemandirian masyarakat pesisir Maluku Tengah.
(Mur/red)