
Vakansiinfo – Film animasi lokal bertajuk Jumbo sukses besar di pasar domestik dengan meraih lebih dari 9,6 juta penonton dan pendapatan lebih dari US$ 20 juta sejak di rilis pada 31 Maret. Prestasi ini menjadikan Jumbo sebagai film animasi dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa di Indonesia, melampaui film Frozen 2 dari Disney.
Di sutradarai oleh Ryan Adriandhy dan di produksi oleh Visinema Pictures, Jumbo mengisahkan tentang Don, seorang anak yatim dari desa yang menghadapi perundungan, namun bangkit untuk menunjukkan bakatnya dalam sebuah pertunjukan. Cerita yang menyentuh dan universal tentang perjuangan, persahabatan, serta kepercayaan diri ini berhasil memikat penonton lintas usia. Ryan menyebut waktu rilis yang bertepatan dengan libur Lebaran turut menunjang pencapaian film ini.
Angga Dwimas Sasongko, pendiri sekaligus produser Visinema Pictures, mengatakan bahwa kesuksesan Jumbo adalah bukti kuat bahwa cerita lokal bisa mendapat tempat istimewa di hati masyarakat. “Melewati Frozen 2 bukan hanya soal angka, tetapi juga simbol kebangkitan industri animasi Indonesia,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa film ini menjadi validasi penting terhadap potensi kekayaan intelektual (IP) lokal.
Proses produksi Jumbo melibatkan lebih dari 420 kru selama lima tahun, menjadikannya salah satu proyek animasi paling ambisius yang pernah di lakukan di Indonesia. Menurut Daryl Wilson, Ketua Asosiasi Industri Animasi Indonesia, selama ini minimnya contoh sukses menjadi hambatan dalam menarik pendanaan untuk proyek animasi panjang. Namun, Jumbo telah mengubah pandangan tersebut.
Keberhasilan film ini juga berdampak positif terhadap ekosistem industri animasi dalam negeri. Sebelumnya, film bergenre horor dan aksi langsung lebih di lirik karena di anggap lebih aman secara komersial. Namun kini, animasi keluarga seperti Jumbo terbukti punya potensi besar.
Tak hanya itu, industri animasi di Asia Pasifik secara keseluruhan menunjukkan tren positif. Berdasarkan laporan Research and Markets pada April 2025, sektor ini di perkirakan tumbuh 6,88% per tahun hingga 2030. Negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok masih memimpin, namun kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mulai dilirik sebagai pusat produksi animasi berkualitas dengan biaya rendah.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Saat ini, industri animasi Indonesia masih lebih banyak menghasilkan pendapatan dari layanan kreatif dibanding pengembangan IP orisinal. Namun Visinema mulai mengambil langkah berbeda. Angga mengungkapkan pihaknya telah mengalokasikan dana sebesar US$ 10 juta untuk mengembangkan proyek-proyek animasi, termasuk dua film baru yang akan memperluas dunia Jumbo.
Antusiasme penonton terhadap film lokal juga terlihat dari lonjakan penonton bioskop. Cinema XXI mencatat lebih dari 14 juta penonton sepanjang April 2025, tertinggi sepanjang sejarah mereka. Corporate Secretary Cinema XXI, Indah Tri Wahyuni, menyebut bahwa ragam film lokal seperti Jumbo berperan besar dalam peningkatan tersebut.
Visinema pun tengah mempertimbangkan berbagai pengembangan untuk Jumbo, mulai dari sekuel, musikal, hingga serial animasi. Ryan Adriandhy berharap kisah Don akan terus hidup di benak generasi muda. “Harapan saya, anak-anak di masa depan masih bisa mengenali atau mengenang pengalaman menonton Jumbo,” tutupnya.
(Mur)