VakansiInfo – Nyeri punggung kronis dan cedera tulang belakang kini menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di dunia, termasuk di Indonesia. Menjawab tantangan global di bidang muskuloskeletal dan neurologis, Gyeonggi International Medical Association (GIMA) bersama Korea Medical Devices Association (KMDA) sukses menyelenggarakan seminar internasional hybrid bertajuk “KOREA–INDONESIA 2025 Medical Collaboration: Neurosurgery & Orthopedic Care.”
Seminar perdana yang di gelar di Klinik Artikulaar, Jakarta Selatan, ini di hadiri ratusan profesional medis lintas bidang. Mulai dari dokter spesialis ortopedi, bedah saraf, rehabilitasi medik, dokter umum, hingga perwakilan manajemen rumah sakit. Acara ini menjadi platform penting untuk mempercepat transfer ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Terutama dalam menangani lonjakan kasus nyeri punggung kronis dan cedera tulang belakang yang semakin meningkat akibat gaya hidup sedentari dan bertambahnya usia harapan hidup.
“Melalui seminar ini, kami tidak hanya membangun jembatan kolaborasi berkelanjutan. Tetapi juga menciptakan ruang untuk peningkatan kompetensi tenaga medis Indonesia demi kualitas layanan kesehatan yang lebih baik,” ujar dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp.OT, FIPM, FIPP, CIPS, C.PSH, COMSK, AIFMO, AIFO-K, Komisaris Klinik Artikulaar Orthopedic.
Inovasi 3D & Prosedur Minim Invasif: Masa Depan Ortopedi Modern
Seminar ini membahas berbagai topik ilmiah yang menjadi tren global. Seperti Epiphyseal Supporting Customized 3DP-Ti Cage for TLIF, teknologi implan cetak 3D yang di rancang sesuai anatomi unik setiap pasien. Juga di bahas Lumbar Epideuroneurolysis, prosedur minimal invasif untuk menangani stenosis kanal lumbal tanpa operasi besar.
Sesi berikutnya menghadirkan refleksi 28 tahun pengalaman klinis di bidang bedah tulang belakang. Serta diskusi mengenai masa depan terapi non-bedah melalui topik, “A Life Without Pain, Surgery-Free – Inevitability or Illusion?”
“Pendekatan ortopedi modern kini berfokus pada functional restoration dan pain management yang komprehensif. Teknologi 3D-Printed Titanium Cage adalah masa depan personalisasi pengobatan — menciptakan implan yang sempurna untuk setiap pasien,” jelas dr. Alif.
Sinergi Internasional Menuju Standar Global
Kolaborasi ini mempertemukan para ahli dari Korea Selatan dan Indonesia, di antaranya:
- Dr. Na Hwa Yeop, MD, PhD – Direktur Bedah Ortopedi, Bundang Jaesaeng Hospital
- Prof. Im Soo Bin, MD, PhD – Departemen Neurosurgery, Soonchunhyang University Bucheon Hospital
- Seo Kyeong Jin – Perwakilan Pemerintah Provinsi Gyeonggi
- dr. Muhamad Aulia Rahman Sp.BS-FTB, FINSS – Neurosurgery, RISEandSPINE Primaya Hospital Bekasi Timur
- dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp.OT, FIPM, FIPP, CIPS, C.PSH, COMSK, AIFMO, AIFO-K – Komisaris Klinik Artikulaar Orthopedic
“Pertukaran ilmu dengan kolega dari Korea memungkinkan kami menawarkan lebih banyak terapi minimal invasif yang mempercepat pemulihan pasien,” kata dr. Muhamad Aulia Rahman.
Selain berbagi inovasi, kolaborasi ini juga membuka peluang kerja sama akademik dan penelitian antara lembaga medis Korea dan universitas di Indonesia seperti Universitas Padjadjaran dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Pemerintah Provinsi Gyeonggi pun siap memfasilitasi kemitraan lanjutan melalui skema Government to Government (G-to-G).
“Kami membuka kerja sama luas dengan Indonesia untuk berbagi teknologi dan pelayanan kesehatan, terutama di bidang bedah saraf. Biayanya juga jauh lebih terjangkau dibanding negara lain di kawasan,” ujar Prof. Im Soo Bin.
Melalui sinergi teknologi medis, riset, dan kemitraan internasional ini, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi penerima inovasi, tetapi juga kontributor aktif dalam membangun masa depan layanan kesehatan yang lebih efektif, manusiawi, dan berstandar global.
(Eff)



