VakansiInfo – Pemahaman keuangan menjadi elemen penting bagi serikat pekerja untuk memperkuat posisi tawar dan mendorong tata kelola perusahaan yang lebih adil. Karena itu, Akademisi Universitas Esa Unggul Jakarta bersama Aliansi Serikat Pekerja FSP ASPEK Indonesia mengadakan Workshop Literasi Keuangan Serikat Pekerja di Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Program ini di dukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Riset dan Pengembangan, Kemendiksti melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM).
Workshop ini di rancang untuk meningkatkan kompetensi serikat pekerja dalam membaca dan memahami laporan keuangan. Mulai dari neraca, laporan laba rugi, hingga arus kas—yang sangat penting dalam proses negosiasi dan pengambilan keputusan.
Akuntan profesional sekaligus akademisi, Dr. Daryanto Hesti Wibowo, menjelaskan. Bahwa kemampuan analisis data keuangan membantu serikat pekerja berdiri lebih kuat saat berhadapan dengan manajemen.
“Di lapangan, banyak serikat pekerja masih bergantung pada informasi dari manajemen. Ini sering memicu miskomunikasi, kesalahan keputusan, bahkan konflik internal,” ujarnya.
Selain pelatihan, acara ini juga menjadi momentum peluncuran buku “Literasi Keuangan Serikat Pekerja: Sebentuk Upaya Penguatan”. Sebuah panduan praktis yang di susun berdasarkan riset lapangan dan pengalaman pendampingan serikat.
Tak hanya itu, turut di rilis Aplikasi Digital Serikat Pekerja (DSP). Platform digital yang menyediakan modul literasi keuangan, panduan negosiasi berbasis data, serta ruang kolaborasi internal untuk serikat.
“Serikat pekerja perlu bertransformasi menyesuaikan perkembangan teknologi. Dengan data finansial yang kuat dan dukungan digital, posisi tawar mereka akan semakin profesional,” ungkap Dr. Bambang Irawan, Akademisi dan Pakar TI.
Sementara itu, Akademisi dan Pakar Komunikasi Politik Dr. Fajarina menekankan bahwa serikat pekerja kini harus tampil sebagai mitra dialog yang kritis, strategis, dan profesional dalam memperjuangkan hak pekerja dan mendorong tata kelola perusahaan yang transparan.
“Literasi keuangan bukan sekadar menghitung angka, tetapi menjadi landasan strategi jangka panjang untuk kesejahteraan pekerja,” tegasnya.
(Eff)


