
Vakansiinfo – Pastinya kalian pernah dengar istilah generasi mecin. Istilah ini sering di sebut untuk mengejek masyarakat yang memiliki kemampuan berpikir rendah, gara-gara sering mengonsumsi mecin. Mecin atau MSG (Monosodium Glutamat) sering di jadikan penyebab dari terjadinya penurunan kemampuan otak alias kebodohan dari seseorang.
Mitos atau fakta mecin atau MSG bikin bodoh? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita mengenal terlebih dulu dengan mecin (MSG) ini.
Mecin alias MSG atau Monosodium Glutamat adalah sejenis garam yang mengandung senyawa asam glutamat di dalamnya. MSG pertama kali di temukan oleh Kikunae Ikeda, seorang profesor kimia dari Universitas Tokyo pada tahun 1908. Di kutip dari BBC, ketika di temukan, MSG merupakan garam paling stabil yang terbentuk dari asam glutamat. Dan salah satu yang terbaik dalam memberikan rasa gurih ‘umami’.
Ikeda mendapati temuannya ini setelah mencicipi semangkuk sup kaldu rumput laut atau yang di sebut kombu dashi. Sembari menyeruput supnya tersebut, ia mengidentifikasi bahwa rasa gurih sedap yang di kecapnya ini berbeda dari rasa manis, asin, pahit dan asam. Rasa baru ini ia beri nama umami.
Setelah diteliti lebih lanjut, rasa umami tersebut tercipta karena adanya senyawa glutamat. Ikeda akhirnya “mengambil” senyawa glutamat ini, supaya bisa di pakai jadi bahan penyedap rasa makanan lain. Akhirnya, ia berhasil membuat senyawa ini secara sintetik dan menggabungkan dengan natrium supaya stabil. Selanjutnya ia mengemasnya dalam bentuk kristal bubuk supaya mudah di tabur ke masakan.
Awal Mula Mitos MSG
Setelah di temukan, MSG mengalami fase kemashyuran yang sungguh luar biasa. Dunia pun heboh dan tergila-gila untuk menambahkan bubuk glutamat kemasan ini pada masakan mereka. Banyak restoran yang mencampurkannya dalam masakan mereka supaya lebih sedap dan gurih.
Sampai akhirnya, 60 tahun kemudian, tepatnya pada 1968, Dr. Robert Ho Man Kwok menulis surat kepada Jurnal Medis New England. Dia mengatakan kalau setiap habis makan di restoran Cina, tubuhnya mengalami semacam sindrom mati rasa di belakang lehernya. Yang merambat ke tangan dan punggung, lalu jantungnya pun ikut berdebar. Dia menyebut ini sebagai: Sindrom Restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrom).
Kwok berspekulasi bahwa sindromnya tersebut di karenakan oleh penambahan bubuk MSG dalam makanan yang memang saat itu populer di pakai di restoran Asia khususnya Cina. Kehebohan pun akhirnya kembali muncul dengan banyaknya buku dan artikel yang mendukung pernyataan Dr. Kwok dengan mengeluarkan kampanye anti-MSG. Para pengusaha restoran Cina yang menjadi sasaran serang dari kampanye ini sampai turut mengiklankan bahwa masakan yang mereka sajikan bebas mecin alias MSG.
Penelitian berikutnya di lakukan di Universitas Washington oleh Dr John W. Olney yang menyuntikkan monosodium glutamat dalam dosis besar kepada tikus yang baru lahir. Hasilnya menyebabkan perkembangan jaringan mati di otak tikus tersebut.
Meskipun banyak yang mengkritik metode dengan dosis yang berlebihan tersebut. Timbulnya jaringan mati di otak spesimen tikus menimbulkan pernyataan bahwa monosodium glutamat adalah penyebab kebodohan. Itulah awal mula mitos bahwa MSG atau mecin bikin bodoh.
Apakah Benar MSG (Mecin) bikin Bodoh dan Berbahaya?
Secara singkat, mitos bahwa MSG bikin bodoh ternyata gak sesuai dengan fakta. Tingkat toksisitasnya di dalamnya pun rendah. Sebagai upaya meredam masalah ini, pada tahun 1995 FDA alias BPOMnya Amerika Serikat menugaskan Federation of American Societies for Experimental Biology untuk meneliti semua bukti yang ada. Mengutip nibble.id. Hasilnya adalah tambahan MSG dalam makanan masih termasuk kategori aman. Batas konsumsi MSG sendiri baru di katakan berbahaya jika mencapai 60 mg per kilogram berat badan.
Contohnya jika, berat badan kalian 60 kilogram, maka hitungannya 60 x 60 = 3600 miligram per hari. Sedangkan penambahan mecin sebagai penyedap rasa pada makanan rata-rata hanya sekitar 550 miligram, masih di batas yang aman.
Toksisitas atau tingkat racun glutamat sebenarnya sangat rendah.
Seekor tikus, sebagaimana penelitian Dr. Olney, disuntikkan dosis hingga 15-18 gram per kilogram berat badannya sebelum terkena risiko mati karena keracunan glutamat. Hal itu di ketahui bahwa bayi tikus memang sensitif terhadap efek MSG.
Terlebih metodenya juga menuai kritik karena di lakukan secara penyuntikan langsung ke tubuh bukan di campur ke dalam makanan untuk masuk ke sistem pencernaan seperti yang kita konsumsi. Memang ada orang yang hipersensitif terhadap mecin, tapi bukan berarti bisa berakibat buruk pada semua orang kan?
Selain itu, berbagai badan sertifikasi pangan juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa MSG masih kategori aman di konsumsi selama dosisnya tidak melebihi ambang batas. Nah, soal upaya mencegah kebodohan, cara terbaik yang harus kalian lakukan adalah dengan cara rajin-rajin belajar dan menuntut ilmu. Dan, yang harus selalu di ingat adalah segala sesuatunya jangan terlalu berlebihan (secukupnya saja).
(Rev)