
VakansiInfo — Hari kedua High-Speed Railway Familiarization Trip 2025 berlangsung seru dan penuh cerita. Sejak pagi, rombongan peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat, Disparbud Bekasi, Disparbud Karawang, Disparbud Purwakarta, Kemenparekraf, ASITA, serta para pelaku industri pariwisata dan perhotelan sudah bersiap menelusuri berbagai destinasi menarik di sepanjang jalur cepat Whoosh.
Perjalanan kali ini bukan sekadar menikmati kecepatan tinggi, tapi juga memahami bagaimana setiap daerah di lintasan Whoosh punya potensi luar biasa — dari sejarah, industri, hingga kekayaan UMKM lokal.
Menelusuri Sejarah di Museum Gedung Juang 45 Bekasi
Perhentian pertama di mulai di Museum Gedung Juang 45 Bekasi, bangunan bersejarah berusia lebih dari seabad yang masih mempertahankan arsitektur aslinya sejak masa kolonial Belanda.
Pemandu wisata, Ari, menjelaskan bahwa gedung ini dulu merupakan tanah partikelir milik keluarga keturunan Tionghoa bernama Kauw Tjong. Setelah direvitalisasi pada 2019–2021, kini bangunan ini berfungsi sebagai museum digital bergaya Belanda yang menampilkan perjalanan sejarah Bekasi — dari masa Jatinegara hingga kini.
“Keramik, jendela, bahkan lampunya masih asli dari masa pemerintahan Belanda,” tutur Ari sambil menunjuk beberapa bagian bangunan yang tetap di pertahankan.
Gedung Juang kini menjadi simbol perjalanan panjang identitas Bekasi — dari wilayah agraris menjadi kota industri modern yang terus tumbuh dinamis.
Kolaborasi Bisnis dan Pariwisata di Kabupaten Bekasi
Dari museum, rombongan melanjutkan kegiatan dengan Business Luncheon di Hotel Grand Zuri Jababeka, Cikarang. Acara ini mempertemukan para pelaku pariwisata, asosiasi perhotelan, dan perwakilan pemerintah daerah, termasuk Disparbud Kabupaten Bekasi, dalam suasana santai namun penuh ide segar.
Hotel Grand Zuri di pilih karena lokasinya yang strategis di jantung kawasan industri Cikarang—menjadi titik temu ideal antara sektor bisnis dan pariwisata di wilayah Bekasi dan sekitarnya.
Ketua PHRI Kabupaten Bekasi, Dr. Tuti Nurholifah Yasin, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menghadapi peluang ekonomi baru di jalur cepat Whoosh.
“Dengan acara seperti ini, kita berharap ada kolaborasi konkret yang bisa memperkuat ekosistem bisnis dan pariwisata, bukan hanya di Bekasi tapi juga Purwakarta dan Karawang,” ujarnya.
Suasana hangat semakin terasa saat sesi business matching dan perkenalan hotel anggota PHRI berlangsung. Beberapa peserta bahkan sempat saling berbalas pantun khas Bekasi yang mencairkan suasana.
Belajar Inovasi Produksi di PT Nippon Indosari Corpindo (Sari Roti)
Perjalanan berlanjut ke kawasan industri di Cikarang, tempat berdirinya PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti) — salah satu ikon industri kebanggaan Disparbud Karawang dan Bekasi.
Di dirikan sejak 1996, perusahaan ini kini memiliki 15 pabrik di seluruh Indonesia — dari Pasuruan, Medan, Makassar, hingga Purwakarta.
Pihak perusahaan menjelaskan bahwa seluruh proses produksi Sari Roti berpegang pada prinsip 3H – Halal, Healthy, Hygienis. Serta mengikuti standar keamanan pangan internasional seperti ISO 22000 dan HACCP.
Yang menarik, para peserta di ajak bergoyang bersama mengikuti yel-yel khas Sari Roti. Menciptakan suasana hangat dan penuh tawa di sela kunjungan. Tak ada jarak antara peserta dan panitia — semuanya lebur dalam semangat positif yang menular.
Selain itu, Sari Roti juga di kenal inovatif dalam pengelolaan limbah. Mengolah roti tak terjual menjadi tepung panir dan pakan ternak sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
Langkah ini menunjukkan bahwa industri besar dapat tumbuh sambil tetap menjaga tanggung jawab sosial dan kelestarian alam.
Menyentuh Tradisi Tanah Liat Plered di Purwakarta
Rangkaian perjalanan kemudian berlanjut ke sentra UMKM Tanah Liat Plered. Wilayah kebanggaan Disparbud Purwakarta yang di kenal sebagai salah satu pusat kerajinan keramik tertua di Indonesia.
Di sini, para peserta di sambut hangat oleh pengrajin lokal yang dengan bangga memperlihatkan proses pembuatan keramik dari tanah liat khas Plered. Tak sekadar melihat, mereka juga berkesempatan mempraktekkan langsung cara membentuk keramik. Dari memutar tanah liat hingga membentuk pola sederhana di atas roda tembikar.
Tawa dan kekaguman terdengar bergantian ketika para peserta mencoba meniru gerakan pengrajin yang sudah puluhan tahun menekuni profesinya. Tekstur alami dan warna terakota menjadi keunggulan khas yang tak bisa di tiru bahan industri.
Kini, para pengrajin Plered terus berinovasi dengan desain modern dan produk custom sesuai permintaan pasar. Bahkan sudah menembus pesanan internasional untuk ajang Piala Asia.
Menghubungkan Potensi, Menggerakkan Daerah
Melalui High-Speed Railway Familiarization Trip 2025, para peserta bukan hanya menelusuri jalur cepat Whoosh secara fisik. Tapi juga menyaksikan langsung bagaimana setiap daerah di lintasan ini memiliki cerita dan potensi luar biasa untuk di kembangkan bersama.
Dari warisan sejarah di Bekasi, kekuatan industri di Cikarang, hingga kreativitas UMKM di Plered. Semuanya menyatu dalam semangat kolaborasi lintas daerah — bersama Disparbud Bekasi, Disparbud Karawang, dan Disparbud Purwakarta.
Inisiatif ini di harapkan menjadi langkah nyata dalam memperkuat promosi pariwisata. Membuka peluang investasi, dan menggerakkan ekonomi daerah berbasis potensi lokal.
Seperti pesan yang menggaung sepanjang perjalanan, “Dari sejarah, kita bergerak. Dari kolaborasi, kita tumbuh.”
(Acil)