
Vakansiinfo – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat daya saing serta kemandirian industri alat kesehatan dalam negeri sebagai bagian dari prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta menegaskan. Bahwa upaya penguatan ekosistem industri alat kesehatan nasional akan terus di percepat, mencakup rantai pasok dari hulu hingga hilir.
Menurut Setia, selain mendorong substitusi impor, pemerintah juga memacu pengembangan industri alat kesehatan nasional yang berorientasi ekspor. “Produk-produk seperti hospital furniture, jarum suntik, dan alat diagnostik produksi dalam negeri kini sudah mulai memasuki pasar ASEAN dan Timur Tengah,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, menyampaikan harapan. Agar Kementerian Kesehatan terus mendukung implementasi Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Ia juga mengapresiasi langkah konkret Kementerian Kesehatan yang telah meningkatkan proporsi pembelian produk lokal. Melalui e-Katalog sektoral kesehatan dari 8 persen pada 2019 menjadi 48 persen pada 2024.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Kemenperin juga sedang mereformasi sistem penghitungan dan penerbitan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Agar lebih transparan, adaptif, dan memberikan manfaat nyata bagi pelaku industri dalam negeri.
Salah satu langkah konkret dalam mendukung kemandirian sektor ini adalah di mulainya produksi mesin Computed Tomography (CT) scan di dalam negeri. Inisiatif ini merupakan hasil kerja sama antara PT GE HealthCare dan PT Forsta Kalmedic Global, anak perusahaan dari PT Kalbe Farma Tbk. Fasilitas produksi tersebut berlokasi di pabrik Forsta di Bogor, Jawa Barat.
Yvone Astri Della Sijabat, Direktur PT Forsta Kalmedic Global, menjelaskan. Bahwa produksi lokal CT scan sangat penting mengingat alat ini termasuk dalam 10 kategori alat kesehatan prioritas yang sebelumnya seluruhnya di impor. “Dengan kapasitas produksi mencapai 52 unit per tahun. Kami menargetkan untuk memenuhi proyeksi kebutuhan dalam negeri sebanyak 306 unit hingga tahun 2027,” katanya.
Proses perakitan mesin dilakukan oleh tenaga kerja lokal yang telah mendapatkan pelatihan dari GE HealthCare. Solehan menyatakan bahwa ke depan industri di harapkan dapat meningkatkan kandungan lokal produk secara bertahap. Sesuai panduan dari GE HealthCare Amerika Serikat. “Kolaborasi ini kami harapkan juga bisa mendorong pengembangan alat kesehatan yang lebih canggih seperti MRI, yang saat ini masih 100% impor,” ujarnya.
Elie Chaillot, Presiden & CEO GE HealthCare International, menyatakan. Bahwa kehadiran fasilitas ini memungkinkan perusahaan merespons kebutuhan pasar dalam negeri secara lebih cepat sambil tetap menjaga standar kualitas dan keselamatan global. “Lini produksi ini juga berkontribusi terhadap peningkatan akses teknologi diagnostik, penciptaan lapangan kerja berkualitas. Serta pengembangan tenaga kerja di bidang teknologi kesehatan di Indonesia,” jelas Elie.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, menegaskan. Bahwa kemitraan strategis antara Kalbe dan GE HealthCare merupakan bentuk dukungan terhadap program pemerintah dalam membangun kemandirian sektor alat kesehatan nasional. “Kami percaya produksi CT scan dalam negeri ini akan mendorong kemajuan layanan kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tutupnya.
(Mur)