Sel. Sep 9th, 2025

Proses Kreatif Menulis Puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, Tak Pernah Mati Sampai Turun ke Dunia Paling Sunyi

Proses Kreatif Menulis Puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, Tak Pernah Mati Sampai Turun ke Dunia Paling Sunyi
Penyair Pulo Lasman Simanjuntak sedang konsentrasi menulis puisi di layar komputer laptop dengan motto 'menulis puisi memang tak pernah mati' (Foto : Koleksi Pribadi)

Vakansiinfo – Proses kreatif menulis puisi Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak, memang tak pernah mati.

“Motto sastra saya adalah menulis puisi memang tak pernah mati. Bahkan sampai pintu kasihan tertutup yakni turun ke dunia orang mati.” Katanya di Jakarta, pada Senin (11/03/2024).

Di katakannya lagi, proses kreatifitas dalam menulis puisi di mulai pada bln Juli 1977-saat masih duduk di bangku SMP. Karya puisinya berjudul IBUNDA di muat di Harian Umum KOMPAS.

“Kematian ibunda karena penyakit kanker telah membuat proses kreatif saya menulis puisi makin bertubi-tubi.” Ucapnya.

Sejak tahun 1980 sampai bulan Maret 2024 ini karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak. Yang bekerja sebagai wartawan telah di muat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah). Serta di publish (tayang) pada 157 media online dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.

“Saya juga bersiap go internasional. Setelah karya puisi saya di publish di media online di negara serumpun Malaysia. Sekarang juga karya puisi saya telah di kirim ke negara Bangladesh, India, dan Timor Leste.” Kata penyair yang ratusan karya puisinya telah di terbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

Berikut di bawah ini sejumlah sembilan karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.

Selamat membaca.

KOLAM KEMATIAN

Seikat perjalanan

di mulai dari peta

kuku-kuku waktu

menggelisahkan 

sekujur tubuhku

 

Tak lagi mampu  

menghisap

mulut matahari

bernyanyi kidung pagihari

sepi makin terkurung

pada batin ini

 

Apa lagi yang harus di santap 

dari dalam rahimmu

tak ada janin bayi

tinggal terbungkus

tulang belulang

di tikam gizi buruk

pada cuaca ekstrem

semakin buruk rupa

 

Tidurlah sayang

sampai nanti

jasad ini mau di bakar 

beralaskan debu dan tanah 

 

Pada akhirnya 

aku terus berlari keletihan

mengejar angin 

malam kecelakaan

imajinasi sungguh mematikan

sampai di pertengahan kota

ada darah segar 

di pori-pori aspal jalan

 

“jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan,” pesan terakhir seorang lelaki muda

 

tanpa buah dada 

terkapar

mencium ganas rembulan 

Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022

BANGKIT

I/

Aku ingin kembali bangkit

sekian abad terlelap

dalam gumpalan timah hitam

yang di gelar 

di bawah matahari kebodohan

membentuk suatu rekaman dahsyat

percakapan kusut

 

Keculasan menghitung

angka-angka yang harus di gemukkan

ataukah hantu yang terus bergentayangan

di sudut meja

lautan memerah

II/

Aku ingin kembali bangkit

seratus tahun tertidur di atas ranjang komunitas biru 

pada gedung kesenian ini

kumpulan orang-orang yang rajin berkarya

menulis dengan teknologi

menembus ruang dan waktu

di kepung apartemen mewah 

keterasingan diri

 

di jantung matahari, tubuh laut, paru-paru angin malamhari , mimbar rumah ibadah, sampai meditasi di trotoar jalan sunyi

kuliner sorehari

III/

Baca Juga  Telah Terbit, Buku Antologi Puisi Bersama Seri Zodiak Kaum Gemini Koloni Seniman Ngopi Semeja

Aku ingin kembali bangkit

hidup lebih (dan lebih ! ) dari seribu tahun lagi

berdiskusi pada tumpukan buku-buku para penyair baik hati

yang tak lagi kelaparan 

menyantap menu

puisi dengan harga bandrol 

tak pasti

Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa 26 Juli 2022

PRIA TANPA KELAMIN

Pria tanpa kelamin

rajin menyapa

hujan sore hari 

sambil tertidur pulas

menjelma jadi hewan pemalas

 

Dari atas ranjang tembaga

di tularkan ribuan kuman

tumbuh subur

dalam akar panas bumi

perlahan di matikan

angan-angan terjebak

di atas dahan

 

Setiap pergi 

pagi buta

ingin menembus belantara 

kota jakarta

hari-hari selanjutnya

makin mengerikan

 

Paru-parunya kini terinfeksi

bakteri takut dewa matahari

bahkan hatinya

hanya mengalahkan dua kali

semakin gelap

ingin pergi ke planet

bumi orang mati

 

Pria tanpa kelamin

masih memiliki sepotong ginjal

yang telah membuat bengkak

seluruh rumah suci

tempat orang berdoa

mengumpulkan dosa

masa lalu 

paling menyakitkan

 

Pria tanpa kelamin

pingsan sejenak

lalu bangun lagi

tabur mawar

di atas altar pemujaan

penyakit menularnya

benar-benar liar

 

Apakah masih ada harapan

karena kemelaratan

mau berlanjut 

untuk waktu yang lama

Jakarta, Agustus 2023

KETIKA SUARA TUHAN DIHEMPASKAN

Ketika suara Tuhan di hempaskan

liang kubur telah di hembuskan

di gali di hamparan tanah granit rumah ibadah

saat jasadmu masih terbaring angkuh

sekeras masa lalumu

 

Ketika suara Tuhan di hempaskan

seratus virus maut langsung tumbuh

berkembangbiak dengan cepat

bahkan terbang tanpa bisa di lihat kasat mata

 

Ketika suara Tuhan di hempaskan

nyanyian kesaksian terus berkepanjangan

di bawah mimbar di sirami karangan bunga

terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah

karena orang-orang rajin berpelukan

untuk menuju ke dunia orang mati

Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021

TERJUNGKAL

Sepasang pengantin mandul

sepakat sampaikan keluh kesah

sampai tembus ke bait suci di sorga

pekan kedua yang membawa berkah

di telan sepotong daging hujan ramah

yang menyusup ke dalam perut rumah

nyaris kelaparan siapa mau di sapa

akar kejahatan tumbuh berubah warna

ataukah harus kuhisap air tanah

genteng hunian permukiman berserakan

serta bau dinamo terbakar

belum selesai untuk di telan

sampai berdarah-darah

Pamulang, 11 April 2022

PENYAIR TAK BERKUTIK

Penyair sedang mandi di atas permukaan air danau berlapiskan kayu sambil menulis puisi

Berita musim kemarau dan kantong kemiskinan yang mulai merambah di atas genteng rumah

Semula tak gelisah; saat bertukar sapa dengan lelaki separuh baya sedang puasa dari sebuah hotel yang senang bercumbu dengan virus corona dan berkelamin bersama deretan mobil hitam datang dari benua antartika

Setelah bertelepon dengan bengkel kaki-kaki si penyair masih rajin memandang matahari yang kian terik sampai tiba pengembara liar membawa kabar duka tanpa tangisan layaknya bayi yang baru di lahirkan dini hari tadi

“tenang saja, jangan panik, simpanan di layar komputer bank masih aman untuk bisa menusuk jantungmu yang di lapisi emas enam gram dalam saku celana.” Katanya sambil meraih tangan penyair untuk bersiap terbang menuju jembatan layang pinggiran kota.

Selesailah perjalanan penyair sampai sore hari di akhiri dengan perkelahian dalam botol alkohol. Serta melunasi hutangnya di hamparan meja makan

Pamulang, 5 April 2022

Baca Juga  Refleksi Sastra Akhir Tahun: Puisi Dwi Bahasa Pilihan Terbaik Karya Pulo Lasman Simanjuntak Menutup Tahun 2024

RUMAH TANPA TUMBUH PEPOHONAN

Rumah tanpa tumbuh pepohonan

kini di peluk semak belukar

di perut rumah yang juga 

kian mengecil

muntah seribu dosa kelaparan

yang ganjil

 

Bahkan berulangkali 

jendelanya yang rapuh

tempat tidur kucing liar

tempat bersenggama kecoa menjijikan

 

Menjelma jadi tangan sedekah

sangat memalukan

padahal ia pelayan tuhan

telah di bebas tugaskan 

seperti budak di negeri terasing

 

Rumah tanpa tumbuh pepohonan

setiap hari persiapan

selalu rajin mencari sesuap nasi basi

dari mata lelaki tanpa alas kaki

di sodorkan mata uang recehan

selalu kekeringan

 

Di hamparan pekarangan rumah

basah air tanah

kemarau pun sering pecah

betapa makin susah

merambat di negeri paling korupsi

disebar hati yang keji

Jakarta, 2023/2024

SEKARUNG BERAS MENYUSUP DALAM SAJAK KU

Pada malam mengerikan

ku tulis kidung panjang

di atas hamparan batu roti

hari-hari tanpa sinar matahari

 

Karena esok laut dan langit

semakin terbenam

menunggu di tepi waktu

yang sangat melelahkan

tak mampu bernyanyi sion

dengan rebana dan kecapi

 

Untuk kembali menjual 

angan-angan palsu

di lapak pinggir jalan

nyaris tanpa suara lamban

 

Saat angin sakal tak bertiup

ke arah jendela dunia sunyi

terlilit tali orang mati

 

Hanya terdengar dari ruang doa ini

gesekan besi di telinga kiri

adikku yang jenaka

membawa sekarung beras

menyusup dalam barisan sajak ku 

yang tak kunjung selesai

ku tulis dengan tinta airmata

 

Sampai nanti ku bacakan 

di lantai kaca

di ujung akhir zaman

masa kesesakan 

di rebus api penderitaan

Jakarta, 2023/2024

UTANG DALAM RAHIM IBU

Utang dalam rahim ibu

lahirkan bayi-bayi kembar

kurang gizi dan nutrisi

 

Padahal harus di tebus

dengan angka lima digit

bila di kalkulasi menjadi

ribuan triliun rupiah

 

Terkurung dalam sangkar besi

maka terlihatlah dari sini

wajah pucat pasi

menunggu kepastian

pelunasan bunga berduri

sampai di nihari tadi

 

Para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,

janin bayi harus segera di tanam lagi

 

Haramkan perkawinan dini

karena harus bertempur

di sumur-sumur subur

bangsa tirai bambu ikut menabur

 

Koruptor dan pengali

tanah kubur

membanting harga sandang dan pangan

(baca : beras makin mahal !)

saling berkejaran di bursa saham

 

Orang-orang pinggiran

mati menggelepar

di tusuk pisau kelaparan

 

Aneh, sajakku ikut terkapar !

Jakarta, 2023/2024

Sumber: Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.

(Red)

Related Post