Vakansiinfo – Proses kreatif menulis puisi Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak, memang tak pernah mati.
“Motto sastra saya adalah menulis puisi memang tak pernah mati. Bahkan sampai pintu kasihan tertutup yakni turun ke dunia orang mati.” Katanya di Jakarta, pada Senin (11/03/2024).
Di katakannya lagi, proses kreatifitas dalam menulis puisi di mulai pada bln Juli 1977-saat masih duduk di bangku SMP. Karya puisinya berjudul IBUNDA di muat di Harian Umum KOMPAS.
“Kematian ibunda karena penyakit kanker telah membuat proses kreatif saya menulis puisi makin bertubi-tubi.” Ucapnya.
Sejak tahun 1980 sampai bulan Maret 2024 ini karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak. Yang bekerja sebagai wartawan telah di muat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah). Serta di publish (tayang) pada 157 media online dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
“Saya juga bersiap go internasional. Setelah karya puisi saya di publish di media online di negara serumpun Malaysia. Sekarang juga karya puisi saya telah di kirim ke negara Bangladesh, India, dan Timor Leste.” Kata penyair yang ratusan karya puisinya telah di terbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Berikut di bawah ini sejumlah sembilan karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.
Selamat membaca.
KOLAM KEMATIAN
Seikat perjalanan
di mulai dari peta
kuku-kuku waktu
menggelisahkan
sekujur tubuhku
Tak lagi mampu
menghisap
mulut matahari
bernyanyi kidung pagihari
sepi makin terkurung
pada batin ini
Apa lagi yang harus di santap
dari dalam rahimmu
tak ada janin bayi
tinggal terbungkus
tulang belulang
di tikam gizi buruk
pada cuaca ekstrem
semakin buruk rupa
Tidurlah sayang
sampai nanti
jasad ini mau di bakar
beralaskan debu dan tanah
Pada akhirnya
aku terus berlari keletihan
mengejar angin
malam kecelakaan
imajinasi sungguh mematikan
sampai di pertengahan kota
ada darah segar
di pori-pori aspal jalan
“jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan,” pesan terakhir seorang lelaki muda
tanpa buah dada
terkapar
mencium ganas rembulan
Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022
BANGKIT
I/
Aku ingin kembali bangkit
sekian abad terlelap
dalam gumpalan timah hitam
yang di gelar
di bawah matahari kebodohan
membentuk suatu rekaman dahsyat
percakapan kusut
Keculasan menghitung
angka-angka yang harus di gemukkan
ataukah hantu yang terus bergentayangan
di sudut meja
lautan memerah
II/
Aku ingin kembali bangkit
seratus tahun tertidur di atas ranjang komunitas biru
pada gedung kesenian ini
kumpulan orang-orang yang rajin berkarya
menulis dengan teknologi
menembus ruang dan waktu
di kepung apartemen mewah
keterasingan diri
di jantung matahari, tubuh laut, paru-paru angin malamhari , mimbar rumah ibadah, sampai meditasi di trotoar jalan sunyi
kuliner sorehari
III/
Aku ingin kembali bangkit
hidup lebih (dan lebih ! ) dari seribu tahun lagi
berdiskusi pada tumpukan buku-buku para penyair baik hati
yang tak lagi kelaparan
menyantap menu
puisi dengan harga bandrol
tak pasti
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa 26 Juli 2022
PRIA TANPA KELAMIN
Pria tanpa kelamin
rajin menyapa
hujan sore hari
sambil tertidur pulas
menjelma jadi hewan pemalas
Dari atas ranjang tembaga
di tularkan ribuan kuman
tumbuh subur
dalam akar panas bumi
perlahan di matikan
angan-angan terjebak
di atas dahan
Setiap pergi
pagi buta
ingin menembus belantara
kota jakarta
hari-hari selanjutnya
makin mengerikan
Paru-parunya kini terinfeksi
bakteri takut dewa matahari
bahkan hatinya
hanya mengalahkan dua kali
semakin gelap
ingin pergi ke planet
bumi orang mati
Pria tanpa kelamin
masih memiliki sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seluruh rumah suci
tempat orang berdoa
mengumpulkan dosa
masa lalu
paling menyakitkan
Pria tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangun lagi
tabur mawar
di atas altar pemujaan
penyakit menularnya
benar-benar liar
Apakah masih ada harapan
karena kemelaratan
mau berlanjut
untuk waktu yang lama
Jakarta, Agustus 2023
KETIKA SUARA TUHAN DIHEMPASKAN
Ketika suara Tuhan di hempaskan
liang kubur telah di hembuskan
di gali di hamparan tanah granit rumah ibadah
saat jasadmu masih terbaring angkuh
sekeras masa lalumu
Ketika suara Tuhan di hempaskan
seratus virus maut langsung tumbuh
berkembangbiak dengan cepat
bahkan terbang tanpa bisa di lihat kasat mata
Ketika suara Tuhan di hempaskan
nyanyian kesaksian terus berkepanjangan
di bawah mimbar di sirami karangan bunga
terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah
karena orang-orang rajin berpelukan
untuk menuju ke dunia orang mati
Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021
TERJUNGKAL
Sepasang pengantin mandul
sepakat sampaikan keluh kesah
sampai tembus ke bait suci di sorga
pekan kedua yang membawa berkah
di telan sepotong daging hujan ramah
yang menyusup ke dalam perut rumah
nyaris kelaparan siapa mau di sapa
akar kejahatan tumbuh berubah warna
ataukah harus kuhisap air tanah
genteng hunian permukiman berserakan
serta bau dinamo terbakar
belum selesai untuk di telan
sampai berdarah-darah
Pamulang, 11 April 2022
PENYAIR TAK BERKUTIK
Penyair sedang mandi di atas permukaan air danau berlapiskan kayu sambil menulis puisi
Berita musim kemarau dan kantong kemiskinan yang mulai merambah di atas genteng rumah
Semula tak gelisah; saat bertukar sapa dengan lelaki separuh baya sedang puasa dari sebuah hotel yang senang bercumbu dengan virus corona dan berkelamin bersama deretan mobil hitam datang dari benua antartika
Setelah bertelepon dengan bengkel kaki-kaki si penyair masih rajin memandang matahari yang kian terik sampai tiba pengembara liar membawa kabar duka tanpa tangisan layaknya bayi yang baru di lahirkan dini hari tadi
“tenang saja, jangan panik, simpanan di layar komputer bank masih aman untuk bisa menusuk jantungmu yang di lapisi emas enam gram dalam saku celana.” Katanya sambil meraih tangan penyair untuk bersiap terbang menuju jembatan layang pinggiran kota.
Selesailah perjalanan penyair sampai sore hari di akhiri dengan perkelahian dalam botol alkohol. Serta melunasi hutangnya di hamparan meja makan
Pamulang, 5 April 2022
RUMAH TANPA TUMBUH PEPOHONAN
Rumah tanpa tumbuh pepohonan
kini di peluk semak belukar
di perut rumah yang juga
kian mengecil
muntah seribu dosa kelaparan
yang ganjil
Bahkan berulangkali
jendelanya yang rapuh
tempat tidur kucing liar
tempat bersenggama kecoa menjijikan
Menjelma jadi tangan sedekah
sangat memalukan
padahal ia pelayan tuhan
telah di bebas tugaskan
seperti budak di negeri terasing
Rumah tanpa tumbuh pepohonan
setiap hari persiapan
selalu rajin mencari sesuap nasi basi
dari mata lelaki tanpa alas kaki
di sodorkan mata uang recehan
selalu kekeringan
Di hamparan pekarangan rumah
basah air tanah
kemarau pun sering pecah
betapa makin susah
merambat di negeri paling korupsi
disebar hati yang keji
Jakarta, 2023/2024
SEKARUNG BERAS MENYUSUP DALAM SAJAK KU
Pada malam mengerikan
ku tulis kidung panjang
di atas hamparan batu roti
hari-hari tanpa sinar matahari
Karena esok laut dan langit
semakin terbenam
menunggu di tepi waktu
yang sangat melelahkan
tak mampu bernyanyi sion
dengan rebana dan kecapi
Untuk kembali menjual
angan-angan palsu
di lapak pinggir jalan
nyaris tanpa suara lamban
Saat angin sakal tak bertiup
ke arah jendela dunia sunyi
terlilit tali orang mati
Hanya terdengar dari ruang doa ini
gesekan besi di telinga kiri
adikku yang jenaka
membawa sekarung beras
menyusup dalam barisan sajak ku
yang tak kunjung selesai
ku tulis dengan tinta airmata
Sampai nanti ku bacakan
di lantai kaca
di ujung akhir zaman
masa kesesakan
di rebus api penderitaan
Jakarta, 2023/2024
UTANG DALAM RAHIM IBU
Utang dalam rahim ibu
lahirkan bayi-bayi kembar
kurang gizi dan nutrisi
Padahal harus di tebus
dengan angka lima digit
bila di kalkulasi menjadi
ribuan triliun rupiah
Terkurung dalam sangkar besi
maka terlihatlah dari sini
wajah pucat pasi
menunggu kepastian
pelunasan bunga berduri
sampai di nihari tadi
Para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,
janin bayi harus segera di tanam lagi
Haramkan perkawinan dini
karena harus bertempur
di sumur-sumur subur
bangsa tirai bambu ikut menabur
Koruptor dan pengali
tanah kubur
membanting harga sandang dan pangan
(baca : beras makin mahal !)
saling berkejaran di bursa saham
Orang-orang pinggiran
mati menggelepar
di tusuk pisau kelaparan
Aneh, sajakku ikut terkapar !
Jakarta, 2023/2024
Sumber: Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.
(Red)