Inisiator Kaukus Keswa: Sekolah Kini Rentan Karena Dinding Sosialnya Semakin Mudah Ditembus

Inisiator Kaukus Keswa: Sekolah Kini Rentan Karena Dinding Sosialnya Semakin Mudah Ditembus

Dr. Ray Wagiu Basrowi: Jangan Jadikan Sekolah Panggung Publik, Biarkan Ia Menjadi Ruang Aman

VakansiInfo — Meningkatnya kasus kekerasan di lingkungan sekolah dalam beberapa waktu terakhir menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Termasuk insiden tragis yang baru-baru ini terjadi di SMA 72 Jakarta, yang memicu keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan.

Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, pendiri Health Collaborative Center (HCC) dan Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa), fenomena ini tidak sekadar persoalan kedisiplinan atau kriminalitas remaja. Ia menyebutnya sebagai tanda awal keretakan ekosistem sosial di sekolah.

“Dalam disiplin kesehatan komunitas, ada teori Sistem Ekologi yang menjelaskan bahwa sekolah adalah bagian penting dari sistem sosial yang menjaga stabilitas masyarakat,” ujar Dr. Ray, peneliti perilaku kesehatan komunitas, saat di temui dalam diskusi publik Kaukus Kesehatan Jiwa di Perpustakaan Nasional Jakarta.

Sekolah Kehilangan Fungsi Sebagai Filter Sosial

Menurut Dr. Ray, fungsi sekolah sebagai filter sosial kini semakin melemah. Dahulu, sekolah mampu mendeteksi perilaku menyimpang sebelum menyebar ke masyarakat. Kini, desakan terhadap transparansi tanpa batas justru membuat “dinding sosial” sekolah makin mudah di tembus oleh pengaruh eksternal.

Baca Juga  Eksperimen Sosial Pertama di Indonesia 3 Kali Tingkatkan Skrining Kesehatan Jiwa

“Banyak pihak menuntut sekolah semakin terbuka, tapi sering kali keliru dalam memaknai transparansi. Akibatnya, pihak luar semakin mudah mempenetrasi institusi sekolah tanpa memahami konteks pendidikan,” jelasnya.

Ia menyoroti bahwa arus informasi digital, budaya populer, dan intervensi pihak luar turut mengaburkan batas antara dunia pendidikan dan dunia sosial. Guru, lanjutnya, kini menghadapi tekanan besar karena kehilangan otoritas pembinaan.

“Guru kini takut mengambil tindakan tegas karena khawatir dikritik publik. Sekolah pun kehilangan wibawa,” ungkap Dr. Ray melalui akun edukasinya di Instagram @ray.w.basrowi.

Sekolah Bukan Panggung Publik

Merujuk pada Ecological Systems Theory (Bronfenbrenner, 1979), Dr. Ray menjelaskan bahwa stabilitas masyarakat bergantung pada kekuatan setiap lapisan sistem sosial, termasuk sekolah sebagai pusat pembentukan karakter dan pengendali perilaku sosial.

“Ketika dinding ekosistem sekolah makin tipis, perilaku ekstrem dan kekerasan jadi lebih mudah muncul. Pengawasan sosial yang dulu ketat kini tergantikan oleh arus informasi yang tak terkendali,” tegasnya.

Ia menilai kondisi ini juga diperparah oleh krisis kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Segala peristiwa di sekolah kini diawasi dan dihakimi secara publik tanpa memahami proses pendidikan yang kompleks.

Baca Juga  CERMATA: Inovasi Skrining Digital yang Satukan Kesehatan Mata dan Jiwa Anak Indonesia

“Kita harus berhenti memperlakukan sekolah seperti panggung publik,” ujarnya. “Transparansi penting, tapi jika berlebihan justru membuat sekolah kehilangan kepercayaan diri untuk mendidik.”

Seruan untuk Mengembalikan Ruang Aman

Dr. Ray menyerukan agar orang tua, masyarakat, media, dan pemerintah memberikan kembali ruang aman bagi sekolah untuk menjalankan fungsinya dengan wibawa.

“Sekolah harus kembali menjadi ruang yang terlindungi. Jangan semua pihak berlomba mengintervensi dari luar. Biarkan sistem pendidikan berbenah dengan kepercayaan diri,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya penguatan kapasitas guru serta penerapan Zona Mendengar Jiwa dan pelatihan deteksi dini perilaku berisiko yang telah menjadi fokus Kaukus Keswa dan HCC.

“Kalau kita ingin mencegah kekerasan di masa depan, kita harus memperkuat ekosistem sekolah hari ini. Sekolah bukan tempat sembarangan — ia adalah ruang pembentukan karakter dan peradaban,” tutupnya.

(Eff)

About The Author

Pilihan Redaksi

VIDA Perkenalkan Solusi Autentikasi Wajah Berbasis AI untuk Cegah Penipuan Digital di FEKDI–IFSE 2025

VIDA Perkenalkan Solusi Autentikasi Wajah Berbasis AI untuk Cegah Penipuan Digital di FEKDI–IFSE 2025

Keluarga di “Air Mata di Ujung Sajadah 2”: Kehangatan di Tengah Duka

Keluarga di “Air Mata di Ujung Sajadah 2”: Kehangatan di Tengah Duka