Vakansiinfo – Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius karena kasusnya meningkat dari tahun ke tahun. Mengutip data dari Global TB Report 2023, Indonesia menjadi negara kedua di dunia dengan estimasi kasus TBC sebanyak 1.060.000 dan jumlah kematian mencapai 134.000 per tahun. Angka kematian tersebut lebih tinggi di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, Indonesia mencatat lebih dari 724.309 kasus TBC baru dan jumlahnya meningkat menjadi 792.404 kasus pada tahun 2023.
Tren peningkatan kasus ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia yang menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030. Berbagai pendekatan dan program telah di lakukan untuk pencegahan dan penanganan TBC di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam teori yang di kemukakan oleh H.L Bloom (1974) di sebutkan bahwa salah satu aspek penting yang mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah budaya. Oleh karena itu, di perlukan pendekatan dari aspek budaya dalam upaya pencegahan penularan TBC di Indonesia.
Tuberkulosis (TBC) dan Transmisinya
Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang paru-paru serta organ tubuh lainnya seperti kulit, kelenjar getah bening, tulang belakang, hingga jantung. Proses penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif batuk atau bersin, bakteri penyebab TBC akan keluar melalui lendir dan terbawa ke udara. Bakteri TB kemudian masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang di hirup. Saat penderita TBC batuk atau bersin tanpa menutup mulut, bakteri akan tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet.
Integrasi Nilai-Nilai Budaya Lokal dalam Program Kesehatan
Kebudayaan lokal memainkan peranan penting dalam upaya pencegahan TBC di Indonesia. Contoh upaya pencegahan TBC di Puskesmas Makale, Kabupaten Tana Toraja, menunjukkan hasil yang bermakna dalam pengembangan media edukasi dan program intervensi dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam kampanye sosial, penyuluhan, dan kegiatan partisipatif. Hal ini membuat masyarakat mengadopsi perilaku pencegahan TBC. Pendekatan budaya yang di terapkan melalui strategi promosi kesehatan yang di sajikan dalam bentuk dakwah Islami oleh para kiai. Pendekatan ini meliputi nilai budaya, nilai sosial, dan spiritual yang memiliki hubungan erat dengan kesehatan.
Kebudayaan lokal juga dapat meningkatkan partisipasi komunitas dalam program pencegahan TBC. Terciptanya komunitas yang terorganisir dan kuat dapat mendorong mobilitas upaya pencegahan TBC menjadi lebih efektif. Kebudayaan lokal yang di gunakan dalam strategi pencegahan ini dapat mendorong gotong royong dan keterlibatan aktif agar dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam skrining TBC, penyuluhan, dan kampanye vaksinasi. Sejalan dengan itu, Puskesmas juga dapat membangun kemitraan yang lebih kuat dengan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan partisipasi dalam pencegahan TBC.
Peran Masyarakat dalam Upaya Eliminasi TBC
- Berpartisipasi dalam pelaksanaan vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir.
- Melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, memakai masker saat berinteraksi dengan orang yang menunjukkan gejala TBC. Serta memastikan rumah memiliki ventilasi atau sirkulasi udara yang baik.
- Mengikuti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, dan lari, serta mengikuti kegiatan deteksi dini kesehatan.
- Menginformasikan gejala, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan kepada keluarga. Serta memberikan dukungan emosional, mencegah stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan pasien TBC. Tidak memberikan label negatif untuk mendorong upaya pencegahan dan pengobatan.
- Membantu dalam proses perencanaan program kesehatan untuk pencegahan TBC dengan perspektif nilai-nilai budaya lokal.
Dengan integrasi pendekatan budaya, partisipasi masyarakat, dan program kesehatan yang komprehensif, di harapkan rantai transmisi TBC dapat di putus dan target eliminasi TBC pada tahun 2030 dapat tercapai.
(Eff)