Vakansiinfo, Jakarta – Menurut International Data Corporation (IDC) Trends in Sustainability Regulations in Asia Pacific. Sebuah pola pasar yang menarik terlihat di Asia Pasifik dalam tiga tahun terakhir. Lanskap pasar regional untuk produk dan layanan teknologi terkait keberlanjutan/Environmental. Social and Governance (ESG) telah berkembang menjadi tiga segmen negara yang sangat berbeda yang di sebut Pacesetters, Emerging Leaders, dan Watchers. Ketiga segmen pasar ini muncul karena perubahan yang sangat cepat pada peraturan dan regulasi nasional. Dan dapat di anggap sebagai tingkat kematangan regulasi suatu negara.
Peraturan dan kebijakan baru ini memacu permintaan akan teknologi dan layanan terkait. Pembuatan laporan keberlanjutan/ESG pada pasar tertentu di Asia. Dan akan mendorong setidaknya 30% dari 2000 perusahaan teratas di Asia Pasifik. Untuk mulai memantau kinerja ESG mereka dengan lebih serius.
“Negara-negara pada kategori Watcher memiliki banyak perusahaan yang masih merencanakan. Atau berada pada tahap awal dari inisiatif keberlanjutan mereka. Mereka mungkin tidak akan terlalu tertarik dengan teknologi pelacakan dan analisis. Emisi tingkat lanjut karena masih dalam tahap persiapan. Dan mempelajari apa saja yang di perlukan untuk mengekstraksi data emisi dari kegiatan operasional mereka. Pasar yang paling menarik untuk teknologi keberlanjutan/ESG dari semua segmen ini adalah negara pada kategori Emerging Leaders. Di mana perusahaan-perusahaan sedang berupaya untuk mengembangkan inisiatif keberlanjutan/ESG mereka.” Ujar Melvie Espejo, selalu Research Director for Sustainable Strategies and Technologies, IDC Asia Pacific.
“Secara alami, pada ekonomi Pacesetter yang berada dalam kondisi yang sudah teratur. Dan memungkinkan pengadopsian keberlanjutan/ESG. Permintaan akan teknologi dan layanan terkait keberlanjutan/ESG akan menjadi yang tertinggi. Segmentasi ini dapat membantu vendor teknologi untuk menawarkan produk dan layanan yang tepat. Yang di butuhkan oleh banyak organisasi di negara tersebut. Untuk memajukan agenda keberlanjutan perusahaan mereka,” tambah Espejo.
Dampak kecepatan perubahan di kawasan Asia Pasifik
Kecepatan perubahan peraturan di kawasan Asia Pasifik berdampak pada permintaan akan teknologi. Yang dapat memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan. Pembuatan laporan keberlanjutan dan ESG yang lebih ketat, serta dapat mengubah model bisnis organisasi-organisasi tersebut. Sebagai contoh, organisasi-organisasi pada ekonomi Pacesetter dan Emerging Leaders akan mulai melakukan evaluasi. Dan mengubah cara mereka menggunakan aset mereka. Dan akan mempertimbangkan kembali pemasok dan rantai pasokan mereka. Di karenakan hal tersebut akan berdampak pada kinerja keberlanjutan dan hasil pengukuran ESG mereka.
Saat mengamati kecepatan perubahan pada peraturan keberlanjutan dan pengkinian komitmen pengurangan karbon negara-negara di Kawasan Asia Pasifik, IDC Research menemukan delapan negara yang menjadi tempat ideal untuk pertumbuhan strategi dan teknologi keberlanjutan. Yaitu Tiongkok, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Di sebut sebagai negara Emerging Leaders, perusahaan yang beroperasi di negara-negara tersebut akan mengalami peningkatan kebutuhan akan pengelolaan data ESG. Pengelolaan data rantai pasok, pengelolaan data siklus hidup produk, pelaporan ESG, dan teknologi dekarbonisasi. “Prioritas perusahaan dalam program-program keberlanjutan mereka, sampai batas tertentu, akan ditentukan oleh kebutuhan organisasi untuk dapat mengikuti peraturan yang berlaku saat itu. Regulasi yang dibuat pada umumnya akan memberikan fokus pada strategi bisnis,” tambah Espejo.
Nilai pengukuran dan kinerja berkelanjutan
Kinerja keberlanjutan dan nilai pengukuran ESG adalah dasar untuk mendapatkan akses ke pembiayaan yang lebih murah melalui green financing. Beberapa negara di Asia Pasifik juga menetapkan kinerja keberlanjutan sebagai dasar pemilihan pengadaan barang dan jasa pada pemerintah maupun perusahaan.
Agar berhasil pada lingkungan dengan perubahan peraturan yang cepat, organisasi harus dapat mengikuti kebijakan dan peraturan keberlanjutan/ESG yang berlaku dan pada saat yang bersamaan mencurahkan waktu, sumber daya. Dan investasi keuangan pada teknologi dan layanan terkait ESG yang dapat membantu meningkatkan kualitas pengumpulan data ESG, kemampuan pemantauan, validasi, pembuatan laporan dan rekam jejak keberlanjutan mereka.
Wawasan dalam penelitian ini, khususnya pada kategorisasi segmentasi pasar. Di dasarkan pada IDC Sustainability Research Framework yang mengukur dampak dari peraturan. Sebagai penggerak terhadap kecepatan adopsi strategi dan teknologi keberlanjutan pada perusahaan-perusahaan di Kawasan Asia Pasifik. Kerangka tersebut melihat peraturan hukum, implementasi kebijakan publik, kepatuhan bisnis, implementasi struktur dan konversi. Komitmen keberlanjutan internasional menjadi agenda publik nasional terkait pelaporan ESG, Green Financing , Green Procurement, Circularity , Green Energy, ketenagakerjaan yang adil. Dan mencakup 16 negara di Kawasan Asia Pasifik, yaitu India, Filipina, Malaysia, Thailand, Indonesia, Korea, Singapura, Vietnam, Australia, Selandia Baru, Jepang, Taiwan, Hong Kong, China, Kamboja, dan Bangladesh.
(Mur)